Artikel-artikel populer :
Laksana Tri Handoko, Setia pada Riset Futuristis
Hera Khaerani
Dunia kian terhubung, batas-batas negara makin longgar dan tantangan globalisasi menjadi nyata. Pesimisme mestinya bukan miliki kita karena banyak anak bangsa berjaya di tingkat dunia. Inilah 46 sosok inspiratif di antaranya, yang kami angkat dalam memperingati HUT Ke-46 Media Indonesia. Berikut sosok ke-22:
PONSEL pintar yang mudah dibeli di toko setelah diproduksi massal di pabrik ialah produk dari eksperimen panjang. Namun, jauh di balik semua proses, ada penemuan bermakna besar yang kadang terlupakan dengan mudahnya.
Jika saja tak ada yang menemukan teori soal partikel elektron, kita takkan pernah bisa menikmati apa pun yang terkait dengan listrik. Padahal, ketika konsep muatan listrik mulai diperkenalkan pada 1838, butuh waktu 56 tahun untuk konsep itu dinamai elektron.
Selanjutnya, butuh waktu lagi untuk hadirnya pemanfaatan riil elektron yang memang bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat.
Demikianlah kerja seorang peneliti fisika teori. Bidang itulah yang digeluti oleh Laksana Tri Handoko yang kini menjabat Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). "Menjelaskan manfaat riil yang secara langsung dirasakan masyarakat dari fisika teori memang sulit karena kita mengkaji sesuatu yang sifatnya sangat futuristik.Kalaupun ada hasilnya, biasanya perlu 50 tahun, bahkan 100 tahun setelahnya," ujar Handoko.
Di antara penelitian yang juga ikut dikaji Handoko beserta rekan-rekannya ialah apa yang dikenal sebagai partikel Tuhan. Penemuan partikel Tuhan penting lantaran dalam fisika dikenal model standar fisika partikel yang berkontribusi dalam menerangkan penciptaan alam semesta. Higgs boson alias partikel Tuhan ialah partikel yang belum ditemukan hingga 2012. Riset tentang penciptaan alam Seperti banyak teori lainnya, dari seribu yang diciptakan para peneliti fisika teori belum pasti dihasilkan satu teori yang berhasil. "Saya juga mencoba membuat teori yang mendeskripsikan materi awal alam semesta sebelum big bang, dengan mundur kembali ke proses penciptaan alam semesta," ujar Handoko tentang salah satu bidang kajian yang diminatinya.
Jangan bayangkan seorang peneliti yang sibuk melakukan eksperimen di laboratorium, pekerjaan seorang fisikawan teori tidaklah seperti itu.
"Saya cukup pakai kertas dan pensil, lalu membuat teori, kadang bantuan komputer," sebutnya menambahkan dengan jenaka bahwa saat sedang di toilet sekalipun dia bisa sibuk membuat teori dan berbagai rumusan. Sebagai fisikawan teori, dia juga banyak berbekal literatur dalam bekerja.
Handoko mengaku ketika lulus dari jurusan fisika di Universitas Kumamoto, Jepang, pada 1993, sengaja memilih bidang fisika teori karena sadar dirinya kurang suka eksperimen. "Saya agak teledor, kalau eksperimen suka ada saja gelas yang pecah," katanya disusul tawa.
Bukanlah kesengajaan jika Handoko meneruskan jejak ayahnya menjadi fisikawan teori, ayahnya tidak pernah mengarahkan jalan hidup yang mesti dipilihnya. Meski saat masih SMP dan SMA dia banyak membaca buku-buku fisika milik ayahnya, semula dia lebih suka matematika dan merasa fisika ialah bidang yang terlalu berat. Saat SMA kemahirannya dalam bidang matematika, mengantarkannya ke Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) LIPI bidang matematika.
Handoko kemudian mendapat beasiswa dari Kementerian Riset dan Teknologi yang mengirim lulusan-lulusan terbaik dari sekolah menengah atas ke perguruan tinggi di luar negeri hingga terbang ke Jepang mengambil jurusan fisika di Kumamoto University.
Setelah mengenal tentang fisika teori di bangku kuliah, dia mantap mendalami bidang itu. Makanya, ketika melanjutkan kuliah S-2 dan S-3 di Universitas Hiroshima, dia mengambil fisika teori.
"Tampaknya sekarang sudah tidak ada program beasiswa semacam itu," sesalnya.
Riset dan Peradaban
Fisika teori bukanlah bidang yang banyak diminati. Disisi lain, sepintas terkesan ajaib juga perusahaan yang mau menggaji para peneliti itu hanya untuk berkutat dengan berbagai rumus dan teori.
"Pasti susah dipahami oleh orang yang awam maupun yang membayar, mengapa saya harus menggaji orang yang bersenang-senang dengan dirinya sendiri?" ujar Handoko diselangi tawa.
Nyatanya, adanya peneliti seperti dirinya yang setia pada teori futuristik ialah bagian yang penting dalam peradaban suatu bangsa, khususnya Indonesia. Meminjam istilah Handoko, itu ialah bagian dari proses menampung pengetahuan bangsa. Secara alamiah, kebanyakan penelitian memang tidak menjadi sesuatu yang bermanfaat, tapi justru proses penelitian yang terpenting.
Bukanlah mengherankan bila fisika teori sebagai penelitian fundamental merupakan bidang yang banyak menyumbang peraih Nobel. "Mereka (peneliti) teredukasi untuk berpikir melampaui sesuatu yang sudah ada, proses itu yang penting untuk peradaban bangsa," katanya tentang mentalitas tekun seorang peneliti yang terlatih.(M-1)
Biodata:
Nama: Laksana Tri Handoko
Jabatan:
- Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI (2014 - saat ini)
- Dosen BHMN Non-PNS Jurusan Fisika UI (2002 - saat ini)
Pendidikan:
- S3 - Fisika Teori, Universitas Hiroshima (1998)
- S2 - Fisika Teori, Universitas Hiroshima (1995)
- S1 - Fisika, Universitas Kumamoto (1993)
Penghargaan:
- ICTP Simons Regular Associate (2014-2019)
- PII Adhidarma Profesi Award (2010)
- Penemuan Baru yang Bermanfaat bagi Negara (2010)
- Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa bidang Ilmu Pengetahuan (2009)
- 101 Inovasi Paling Prospektif (2009)
- Satyalancana Wira Karya untuk Sains (2009)
- Achmad Bakrie Award for Science (2008)
- The Recognition Award of the e-Government and Services, Asia Pacific ICT Award (2006)
- Habibie Award for Basic Science (2004)
- The Winner of the Best Research and Development, Asia Pacific ICT Award (2004)
- The Winner of the Best Education dan Training, Asia Pacific ICT Award (2003)
- Peneliti Muda Indonesia X bidang Ilmu Pengetahuan Alam dan Lingkungan (2002)
Pengalaman riset:
- Postdoctoral Fellow Yonsei Univ. Seoul (2003)
- Research Asscosiate DESY Hamburg (2000 - 2001)
- Humboldt Fellow DESY Hamburg (1999 - 2000)
- Postdoctoral Fellow ICTP Trieste (1998 - 1999)
Situs: http://sivitas.lipi.go.id/laks002/
Sumber : Media Indonesia, 30 Juni 2016